SingaporePerancis - Belanda - Singapore - Queensland - Malaysia - Selangor - George Town - Kuala Lumpur - Ipoh - Kuching - Johor Bahru - Kota Kinabalu - Shah Alam - Kota Melaka- Alor Setar - Miri - Petaling Jaya - Kuala Terengganu - Saudi Arabia - Thailand - Australia - Brunei Darussalam - New Zealand - Canada -South Korea -Taiwan - Macau - Hongkong - United State - Spanyol - Paris - United DIKERAMAT BUKIT SIGUNTANG INILAH DI MAKAMKAN JASAT BELIAU RAJA SI GENTAR ALAM BERSAMA PUTRI NYA PUTRI KEMBANG DADAR DAN PARA PANGLIMA PANGLIMA KERAJAAN SRIW Keberangkatansi MELENGKAR dibekali isterinya dengan segala kesaktian dan cincin mu'zijat di jari manis untuk menghadapi raja Melayu serta 24 orang pengawal yang kesemuanya berekor kira-kira panjang setebah (Anwar Soetoen 1974: 74). MISTERIBUKIT SERELO DAN LEGENDA RAJA SI GENTAR ALAMBagian barat Sumatera Selatan dikenal sebagai daerah yang memiliki kontur bergelombang. Tidak mengherank InstitutAlam dan Tamadun Melayu (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia 43600, Bangi, Selangor Darul Ehsan. Proudly powered by Omeka.Omeka. Karenakesaktian itulah dia diberi gelar Raja Si Gentar Alam. Pada abad X-XIII, Kerajaan Sriwijaya yang pusatnya berada di tepi Sungai Musi mengalami keruntuhan. Raja Si Gentar Alam pun mulai menganut agama Islam yang dibawa masuk oleh pedagang-pedagang dari Arab, seperti Panglima Batu Api dari Jeddah dan Tuan Junjungan. MengenaiKelahiraan putera-puteri raja dan kehidupan puteri-piteri raja zaman kecil / kanak-kanak, dipenuhi dengan kejadian yang luar biasa, terutama mengenai kelahiran disertai dengan hujan rebut, kilat, petir serta suasana alam yang luar biasa. Contoh: Hikayat Malim Deman. Kisah awal menceritakan asal-usul Malim Deman. Rasanyakami sudah dapat menduga dari mana si Jari Maut Pencabut Nyawa itu berasal," usul Pendekar Tombak Sakti. "Tentu saja tidak, Paman. Malah sebaliknya aku merasa berterima kasih sekali atas kesediaan Paman berdua sudah membantuku," jawab Panji gembira karena tidak ingin menyinggung perasaan dua orang pendekar itu. yfHHr6C. loading...Kekebalan Raja Jayanegara sirna di tangan Ra Tanca. Foto ilustarasi RAJA-raja pada umumnya dan raja-raja di Jawa khususnya memiliki kesaktian dan ilmu keba l. Hal yang sama juga dimiliki Raja Jayanegara, raja Kerajaan Majapahit. Ironisnya, kesaktian Jayanegara sirna di tangan Ra Tanca, seorang tabib istana merangkap pengawal. Raja Kerajaan Majapahit itu tewas bersimbah darah di tangan seorang bisa? Bagaimana bisa seorang tabib membunuh orang nomor satu kerajaan yang memiliki ilmu kebal itu? Pertanyaan ini mebuat semua orang ingin tahu profil Raja Jayanegara. Baca Juga Jayanegara adalah putra sulung Raden Wijaya dari Dara Petak atau Indreswari, putri Kerajaan Dharmasraya dari Melayu, Sumatera. Menurut Kitab Pararaton, Jayanegara dikenal dengan nama Kalagemet, sebuah nama yang ditafsirkan “lemah” atau “jahat”. Selain menikahi Dara Petak, Raden Wijaya sesungguhnya sudah punya empat istri yang semuanya adalah putri Kertanagara. Dua saudara Jayanegara yakni, Tribhuwanatunggadewi dan Dyah Wiyat Uri Rajadewi adalah anak Raden Wijaya dari perkawinannya dengan Gayatri Rajapatni. Sebagaimana ditulis Pitono Hardjowardojo, dkk., Pararaton 196546, Dara Petak membujuk Raden Wijaya untuk menjadikan Jayanegara sebagai putra mahkota. Rayuan maut Dara Petak berhasil. Raden Wijaya menjadikan putranya, Jayanegara, sebagai putra mahkota. Padahal kalau merujuk kebiasaan raja-raja di Jawa, yang berhak menggantikan takhta kerajaan adalah anak yang lahir dari permaisuri, entah itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Sejak Jayanegara dinobatkan sebagai putra mahkota, kerajaan mengalami guncangan internal. Orang-orang yang sebelumnya sangat loyal terhadap Raden Wijaya mulai memberontak. Mereka memikirkan masa depan Majapahit karena jatuh ke tangan Kalagemet alias sekian banyak pemberontakan yang muncul pada era Jayanegara, ada beberapa yang paling membahayakan, antara lain pemberontakan yang dimotori oleh Ranggalawe pada 1309, Lembu Sora pada 1311, Nambi pada 1316, hingga Kuti pada 1319. Pemberontakan RA Kuti itu yang sulit keselamatan raja terancam, pimpinan pasukan Bhayangkara patih Gajah Mada bersama 15 pengawal berinisiatif membawa Raja Jayanegara secara diam-diam pada malam hari ke Desa Badander. Seluruh kerajaan tidak tahu kecuali 15 pasukan Bhayangkara yang mengikuti raja. Baca Juga Protokol pengawalan dan pengamanan raja begitu ketat. Ketika seorang pelayan raja minta pulang ke Majapahit, Gajah Mada tidak mengizinkan. Dikhawatirkan mereka akan membocorkan lokasi persembunyian raja hingga pasukan RA Kuti bisa yang nekad pulang langsung dibunuh Gajah Mada. Setelah lima hari mengungsi, Gajah Mada minta izin raja untuk mengecek situasi bertemu pejabat tinggi kerajaan, mereka bertanya soal keberadaan raja. Oleh Gajah Mada dijawab bahwa raja sudah tewas diserang pasukan RA Kuti. Maka, pecah lah tangis mereka. "Diam lah, tidakkah tuan-tuan menghendaki RA Kuti sebagai raja? " tanya Gajah Mada seperti dikutip dalam buku 'Biografi Politik Gajah Mada’ karangan Agus Aris Munandar. À Saint-Casimir les habitations sont généralement des maisons individuelles. La plupart des unités de la municipalité ont été bâties avant les années 1960, lors de son plus grand boom immobilier. La municipalité possède un bon choix de tailles de maisons différentes; les maisons vont des studios aux logements de quatre chambres à coucher et plus. Des propriétaires occupent près de 70% des unités de Saint-Casimir et les autres sont louées. Saint-Casimir - Lire davantage à propos des propriétés à vendre dans cette région Transport L'automobile est habituellement le mode de transport le plus convivial pour circuler dans la municipalité. Il est particulièrement facile d'y trouver un stationnement. Saint-Casimir est très peu pratique pour ceux qui se déplacent à pied puisque les résidents ne peuvent pas combler leurs besoins quotidiens sans avoir à conduire. Services Il y a très peu d'écoles primaires et par conséquent, elles sont habituellement situées très loin de la plupart des propriétés en vente. De plus, il n'y pas d'écoles secondaires à Saint-Casimir. Par ailleurs, il se pourrait que les acheteurs trouvent très difficile de se rendre à pied aux garderies de la municipalité. En matière d'accès à la nourriture, les gens du coin ont presque toujours besoin de la voiture pour faire leurs courses au supermarché le plus proche. Caractère La majeure partie des emplacements de la municipalité sont extrêmement silencieux, étant donné qu'il y a peu de bruit lié à la circulation des véhicules. Yunaidi/National Geographic Indonesia Patung Lembuswana di depan Museum Mulawarman, Tenggarong - Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. “Sang Maharaja Mulawarman yang mulia dan terkemuka,” demikian menurut salah satu prasasti yang ditemukan di hulu Mahakam, “telah memberi sedekah ekor lembu kepada para Brahmana...” Tujuh buah prasasti berhuruf pallawa dalam bentuk tugu batu menyingkap tabir peradaban pada awal milenium pertama di Nusantara, sekitar abad ke-5. Tugu batu itu didirikan oleh para Brahmana atas sebuah perhelatan kenduri akbar yang digelar oleh Mulawarman, seorang anak dari Aswawarman dan cucu dari Kudungga. Temuan prasasti pada 1879 dan 1940 tersebut telah mengakhiri masa prasejarah di Nusantara. Kutai—meskipun tidak disebutkan dalam prasasti itu—telah ditahbiskan sebagai kerjaan Hindu tertua. Namun, tampaknya peradaban berikutnya baru muncul sekitar seribu tahun setelah masa Mulawarman. Dalam hikayat masyarakat Kutai, tersebut nama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dialah raja Hindu yang bertakhta pada 25 tahun pertama abad ke-14. Kelak, pernikahannya dengan Putri Karang Melenu akan menurunkan dinasti raja-raja Kutai Kartanegara hingga sekarang. Dua sosok leluhur Kasultanan Kutai ing Martadipura tersebut kerap dikenang dalam Pesta Adat Erau, salah satu festival budaya tertua di Indonesia. Makna setiap ritual adat selalu dihubungkan dengan kelahiran keduanya. Kerajaan Kutai abad ke-14 sepertinya telah menjalin hubungan kerja sama dengan kerajaan sohor di Jawa pada masanya, Majapahit. Kakawin Nagarakretagama gubahan Prapanca pada 1365, menyebutkan toponimi Tanjung Kutei dalam pupuh 14. Kerajaan Kutai Kartanegara pertama berlokasi di Kutai Lama 1300-1732, hilir Mahakam. Lalu pindah ke Pemarangan 1732-1782, dan terakhir di Tepian Pandan sejak 1782. Nama Tepian Pandan diganti menjadi Tangga Arung—bermakna “Rumah Sang Raja”—yang dilafalkan warga setempat sebagai Tenggarong. Kepindahan Ibu Kota Kerajaan Kutai dari Pemarangan ke Tenggarong dilakukan pada masa Aji Imbut yang bergelar Sultan Muhammad Muslihuddin. Takhta di Tenggarong dimulai sejak 28 September 1782, kini diperingati sebagai hari jadi kota itu. Tropenmuseum Kedaton Kesultanan Kutai di Tenggarong, tepian Mahakam, pada masa Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Konon, nama Martadipura mulai ditambahkan dalam nama Kutai Kartanegara sejak Aji Pangeran Adipati Sinum Panji Mendapa dari Kerajaan Kutai Kartanegara mengalahkan Maharaja Derma Setiya dari Kerajaan Kutai Martadipura pada 1605. Pada abad ke-18 pengaruh Islam telah memasuki istana Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Gelar raja diganti dengan Sultan. Sultan Kutai pertama kali adalah Sultan Aji Muhammad Idris yang bertakhta 1735–1778 di Pemarangan. The Head-Hunters of Borneo karya Carl Bock yang diterbitkan S. Low, Marston, Searle, & Rivington di London pada 1882, menampilkan litografi yang melukiskan bangunan Kasultanan pada akhir abad ke-19. Dia juga mengungkapkan Sultan Aji Muhammad Sulaiman 1845-1899 memiliki enam sampai delapan orang Cina yang berprofesi sebagai pandai emas dan perak. Baca juga Kesaksian Perempuan Eropa tentang Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan Kutai Kartanegara kaya akan hasil tambang minyak bumi dan gas alam, juga batubara. Pada 1882 berlangsung perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Kutai soal konsesi tanah selama 75 tahun untuk pembukaan tambang batubara. Tambang batubara pertama diresmikan pada 1888. Kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi minyak bumi di Sanga-Sanga. Kini pertambangan minyak bumi terbesar di kabupaten tersebut berada di Samboja, dekat perbatasan Balikpapan. Produksi minyak bumi Kutai pernah menjadi tiga besar pada masa Hindia Belanda. Hooze, seorang ahli geologi Hindia Belanda, menjuluki kawasan itu sebagai “Sungai Minyak Tanah.” Selama 41 tahun Kutai Kertanegara ing Martadipura berjalan tanpa kepemimpinan Sultan. Sejak akhir Januari 1960 Sultan Aji Muhammad Parikesit menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan pencabutan status Kutai kartanegara sebagai “Daerah Istimewa” menjadi daerah swatantra setingkat kabupaten pada 1959. Yunaidi/National Geographic Indonesia Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II duduk di singgasana Balai 41 saat ritual Beluluh di teras depan Kedaton Kasultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Ritual meluluhkan segala pengaruh jahat di jiwa dan raga Sultan ini digelar setiap sore selama pekan Pesta Adat Erau 2013. Sejak penyerahan wewenang kepemimpinan itu Sultan dan keluarganya tak lagi memiliki kedudukan khusus. Kasultanan bangkit lagi ketika Pengeran Praboe Anoem Soerja Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai ke-20 dengan gelar Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II pada 22 September 2001. Nueng Ibrahim, seorang budayawan asal Kutai yang pernah membangkitkan seni keroncong tingkilan, berkata kepada National Geographic Indonesia, "Kekayaan Kutai tidak bisa kita lihat." Lalu, dia melanjutkan dengan ungkapan, "Kekayaan Kutai adalah kemurahan hati warganya." Riwayat kejayaan masa silam Kutai masih berlanjut. Di kawasan tapak kerajaan Hindu tertua seantero Nusantara itu, kelak pusat pemerintahan dan Ibu Kota Republik Indonesia berada. Sejarah berulang? PROMOTED CONTENT Video Pilihan